GENERASI ISLAM MENGHADAPI GLOBALISASI
Umat manusia senantiasa mengalami perkembangan
dari masa ke masa. Suatu perkembangan yang didorong untuk memenuhi kebutuhan dan semakin lama untuk memenuhi gaya hidup. Akal pikiran manusia terbukti
terus melaju memberikan inspirasi. Waktu demi waktu berlalu dan teknologi
melejit menjadi lebih mumpuni. Pada akhirnya, globalisasi menampilkan diri di
setiap belahan bumi. Sebenarnya apa makna globalisasi itu ? Globalisasi
merupakan suatu proses keterkaitan atau pun hubungan antara pihak-pihak di muka bumi untuk
mewujudkan tatanan dunia baru yang tidak terikat dengan batasan geografis,
ekonomi, hingga, status sosial. Kini,
informasi dari berbagai belahan bumi dapat kita ketahui dengan cepat melaui
media komunikasi tingkat tinggi. Tempat-tempat beken nan keren macam Italy
hingga Bali pun menjadi tak sulit dikunjungi.
Globalisasi mau tidak mau harus dihadapi oleh umat
manusia di mana mereka berada, tidak terkecuali generasi muda Islam. Dengan
globalisasi ini banyak sekali manfaat yang dapat kita petik, terutama sekali
untuk proses syiar agama maupun da’wah. Tetapi, tetap saja ada lubang dalam
globalisasi, di mana lubang itu mampu menodai polah tingkah kaum Muslim era
ini. Bahkan bias dibilang dapat dapat membuat seorang insan kehilangan jiwa
Islam. Sering kita dengar maraknya sebutan “Islam KTP”, yang penting asal punya
embel-embel Islam di kartu penduduknya. Masalah iman atau tidak itu urusan
belakangan. Tak sedikit generasi muda kita berperilaku jauh dari agamanya
sendiri, terseret ke dalam pergaulan yang salah akibat globalisasi.
Sebagai pewaris estafet Islam dari para
pemimpin-pemimpin sebelumnya, perlulah daun-daun muda Islam mempersiapkan diri
sebaik-baiknya menyongsong globalisasi. Jangan sampai sebagai darah muda, kita
malah ditelajangi keimanannya. Diinjak-injak martabatnya. Virus-virus hati yang
berkembangbiak dalam globalisasi sangat mudah menjangkiti kita, generasi muda
yang masih labil emosinya. Gengsi tinggi untuk diakui dalam suatu komunitas,
membuat sebagian dari kita tak segan-segan melucuti imannya, menyampingkan
akal, hanya demi nafsu belaka.
Untuk itulah, perlu langkah-langkah jitu
menghadapi globalisasi. Diantaranya :
1.
Ketahui
jati diri sejati
Kita ini sebenarnya siapa ? Who am I ? Gapaiah
tujuan dan cita-cita kita, namun jangan pernah sekali-kali melupakan asal usul
kita. Kita ini apa ? Hanyalah debu dari debu angkasa yang menghiasi semesta.
Dan Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, memberikan kepada kita
manusia, debu hina tadi kehidupan di muka bumi. Segala kenikmatan senantiasa
Allah SWT berikan. Jangan sampai tekonologi mumpuni dan globalisasi membuat
kita melupakan jati diri sebagai hamba Allah SWT. Jangan sampai tekonologi mumpuni dan
globalisasi membuat kita merasa perkasa dan takabur daripada ciptaan-Nya yang
lain, bahkan merasa lebih perkasa dari Allah Yang Maha Perkasa.
2.
Rasulullah
idolaku
Ketika ditanya “siapa idolamu ?”, kita seringkali
memberikan jawaban standar macam “Super Junior” , ”Justin Bieber”, dan nama-nama
terkenal lain. Biasa anak muda sekarang. Namun, sebagai generasi gaul yang
Muslim, sosok idola sesungguhnya adalah idola di atas idola lain. Sosok manusia
mulia yang memberikan contoh akhlaq terpuji dan menuntun kita mengarungi jalan
suci. Idola kita, tidak lain tidak bukan adalah Rasulullah Muhammad SAW.
Jadikanlah junjungan yang kita cintai ini inspirasi di setiap langkah dalam
globalisasi. Jangan terbelusuk dengan menjadikan orang-orang lalim sebagai
idola. Mereka yang tak mampu menuntun diri sendiri pastilah tidak akan mampu
menuntun orang lain. Dan Rasulullah, terbukti meski sudah berabad-abad
berlalu, fans-fans berat Rasulullah
selalu ada dan setia mengikuti jejak Rasulullah menjalani kehidupan. Dan dalam
globalisasi ini, jangan sampai kita kehilangan sosok panutan untuk tetap
menjaga arah tujuan hidup kita yang telah dihiasi kemewahan tekonlogi di sana
sini.
3.
Al-Quran
: filter terbaik
Globalisasi yang memasuki dunia kita tentunya
turut membawa sisi positif dan negatif. Untuk dapat memilah antara yang haq dan
bathil. Dan disinilah peran Al-Quran bersama Hadist memberikan solusi.
Al-Quran, kesucianna terjaga sepanjang masa. Senantiasa memberikan anjuran
kebiakan untuk umat manusia. Sebuah filter yang sangat bermanfaat untuk
menyaring konten-konten negatif bawaan globalisasi. Akhir-akhir ini, pornografi
merajalela dan narkoba membabi buta.
Ironisnya generasi muda yang menjadi tulang punggung agama, tak sedikit yang
terjerumus ke dalamnya dan malah menjadi tulang punggung narkoba. Ini
dikarenakan mereka tidak menyaring apa yang mereka peroleh dari globalisasi.
Baik dan buruk mereka campuradukkan dan ditelan begitu saja. Mereka seolah
lupa, di sisi kita ada Al-Quran, hadiah dari Allah SWT sebagai petunjuk kepada
kebenaran, termasuk berfungsi sebagai penyaring maupun pemisah antara hak dan
yang bathil. Oleh karena itu, berpikirlah menggunakan nalar dan iman, jadikan
Al-Quran ujung tombak untuk menentukan sisi positif dan sisi negatif suatu hal
yang di bawa globalisasi. Niscaya, cahaya kebaikan akan senantiasa bersama
kita.
4.
PD
aja dan berani !
Percaya diri ! Muslim wajib memilikinya. Percaya
diri dan berani menunjukkan siapa kita sebenarnya. Berani mengatakan dengan
penuh semangat “Saya seorang Muslim dan saya bangga!”. Resapi dalam hati kita,
banggalah menjadi seorang manusia yang menegakkan kalimat tauhid. Ketika
seorang Muslim sudah kehilangan rasa percaya diri dan semangatnya di era globalisasi
ini, dia akan mudah untuk dijangkiti virus-virus negatif globalisasi. Dengan
percaya dri, keberanian, dan keteguhan membuat kita tidak mudah
teromabng-ambing oleh angin perubahan yang ditiupkan globalisasi. Pada zaman
Rasulullah, para sahabat dan kaum Muslim sangatlah bangga dengan statusnya
sebagai umat Islam. Maka kini kita seharusnya tetap menjaga agar semangat
berkobar-kobar yang dilimpahkan kepada kita, generasi muda Islam tetap terjaga
menghadapi globalisasi.
5.
Belajar
belajar dan belajar
Salah satu cara jitu menghadapi globalisasi adalah
dengan belajar. Belajar, dengan satu ini akan memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan. Ilmu tersebut pada akhirnya akan menjadi sangat berguna untuk
bersaing di era sekarang. Janganlah sampai semangat belajar kita kalah dengan umat lain. Karena dengan
belajar inilah, sekali lagi kami tekankan wawasan luas dapat diraih serta
membuat umat Islam unggul dalam zaman globalisasi. Seperti yang pernah
disabdakan Rasulullah mengenai ilmu :
Menuntut
ilmu wajib
atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
6.
Cerdas
memilih teman
Selektiflah memilih teman. Jangan sampai dengan
globalisasi dan komunikasi yang gampang sekarang ini, membuat kita asal pilih
kawan. Maraknya Facebook, Twitter, Plurk, dan jejaring-jejaring sosial lainnya
membuat kita mudah menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan orang lain di
berbagai negara. Tetapi pergaulan asal yang terlalu bebas justru malah dapat
dengan mudah menjerumuskan kita
kepada kenistaan. Perkumpulan-perkumpulan orang-orang sholeh menjadi tempat
yang sangat mendukung untuk mendapat kawan dan menjadi senjata andalan kita
menghadapi globalisasi. Teman yang sejalan dalam menegakkan tauhid, teman yang
saling mengingatkan, selalu memberikan bantuan itulah sebaik-baik sahabat dalam
menghadapi globalisasi. Rasulullah pernah bersabda :
“(Agama) seseorang (dikenal) dari agama
temannya maka perhatikanlah siapa temanmu.”
Itulah beberapa cara agar kita selalu siap siaga
memasuki globalisasi dan mampu bersaing dengan sehat di dalamnya. Semakin baik
persiapan kita, semakin tahan dan tangguh pula kita. Dan tentunya, segi-segi
positif dapat kita ambil dengan meninggalkan nilai-nilai negatif yang dibawa
oleh arus globalisasi. Dengan begitu, generasi muda Muslim yang tangguh
siap unjuk gigi di pentas dunia. Menjadi
generasi muda Islam yang mengendalikan globalisasi, bukan sekadar generasi
Islam yang dikendalikan globalisasi.
Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah,
Insya Allah, sedikit informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua!
0 Response to "GENERASI ISLAM MENGHADAPI GLOBALISASI"
Post a Comment