PIYE KABARE? LUWIH PENAK JAMANKU TO?

Piye kabare? Luwih penak jamanku to? 
-- Presiden Soeharto --

     Kalimat ini sudah sering kita jumpai. Yup. Sebuah kalimat satir yang selalu bersanding mesra dengan foto Soeharto dengan senyum khas-nya. Sebuah ekspresi dari mantan presiden yang seolah menyindir kita..Ya. Akhir-akhir ini memang banyak kalimat sakti tersebut malang melintang sepanjang mata memandang. Terutama di jalanan. Lihat saja, stiker terpasang di belakang angkot, mobil pribadi, hingga truk gede. Kadang bikin kita jadi geli dan tergelitik.

     Hmm... Entah siapa yang memulai fenomena stiker Soeharto ini. Tapi penyebarannya lumayan cepat. terutama di wilayah Yogya-Jateng. Ada sentilan yang rupa-rupanya menohok abis sendi-sendi kehidupan kita. Membahas stiker ini tidak afdol jika tak melibatkan kisah reformasi. Sebuah gerakan massa superpower, dengan mahasiswa sebagai motor utama. Sebuah gerakan ajaib yang bisa menumbangkan hegemoni Cendana selama 32 tahun. Sebuah gerakan yang bervisi misi, membuat Indonesia menjadi lebih terbuka dan lebih mengayomi masyarakat. Terutama dalam hal kebebasan berpendapat...

Singkat cerita, reformasi sukses.Harapan besar para pejuang reformasi berhasil. Eh.. maksudku berhasil dalam penggulingan Soeharto dan memberi kebebasan berpendapat lebih luas. Satu per satu dinasti korup dan lingkaran tikus berdasi era Soeharto terkuak. Banyak pelanggaran HAM masa Orde Baru yang mulai terendus dan dicari kupas tuntasnya,

Ya. Ya. Ya...

Kita tidak akan membahas mendetail mengenai 'kesuksesan' di atas. Tapi, kembali ke topik, marilah kita urai fenomena stiker Soeharto yang bagai menertawakan reformasi.

Hmm.. Kalau kita renungkan bersama, ada benarnya juga tuh stiker. Lihatlah, reformasi dijunjung para mahasisa agar Indonesia lebih maju. Tapi apa 'maju' itu sudah sesuai dengan harapan masyarakat? Entahlah. Jawaban yang relatif. Maaf. Bukan bermaksud menjelekkan pemerintahan pasca reformasi. Tapi ya, gitu deh..

Harapan reformis, sebagian besar tidak.. atau belum terwujud. Apa masa kita selalu lebih indah dari Orde Baru? Jawabannya pun juga relatif. Orang-orang yang hidup di dua masa ini mungkin punya pandangan berbeda dengan para anak kemarin sore yang masih suka bermain Point Blank. 

Satu, kita memang mendapat kebebasan berpendapat. Teramat besar. Dan pada titik tertentu, itu bisa menjadi bumerang. Lihatlah anak-anak kita yang sudah 'sukses' bermisuh-misuh ria. Pakaian ke sekolah amburadul gak karuan/ Rasa respect pada guru pun juga berkurang. Huhuh...

Pengaruh media elektronik, terutama TV memiliki andil besar. Zaman Orba, sinetron mah tidak banyak yang alay lebay seperti sekarang. Kualitas film masa itu pun rata-rata mantap bro. Penyaringan dan filter budaya teramat ketat. Tapi di sisi lain, dengan penyaringan tingkat akut ini mampu memberi anak-anak pendidikan yang sesuai dengan karakter usia mereka. Masih ingat Keluarga Cemara? Salah satu tontonan keluarga terbaik tuh! Sekarng mah, jarang.. atau malah nihil menyaksikan sinetron yang se-'pure' itu.

Swasembada Beras
Aku lupa tahun berapa saja, tapi Masa Soeharto adalah masa Indonesai untuk bisa berswasembada. Bahkan beberapa komoditas lain juga sukses 'berdikari'. Hebat deh..
Lha sekarang?
Boro-boro swasembada, mau panen aja petani susahnya minta ampun! Sentra-sentra pertanian kurang mendapatkan perhatian seperti dulu. Aneh, kenapa di zaman yang serba terbuka ini malah poryek swasembada sering menemui ujung buntu? Apa tak malu ngimpor melulu dari Vietnam? Piye, luwih enak zamanku to?

Korupsi
Weleh-weleh. Kalau satu ini, zama Orban pun juga sudah jadi budaya. Mungkin saja waktu itu belum terlalu terekspose. Lha sekarang, Horeee!! Orab hilang, korupsi hilang!!

Ngimpi!!

Bukannya menghilang, tapi malah semakin meraja lela. Banyak orang yang tergiur dengan praktek haram ini. Sistem undang-undang bisa diakali dengan picik dan licik oleh para tikus jadi-jadian ini. Dari pegawai rendah hingga pejabat tinggi, ada saja yang tergoda untuk korupsi. KPK bahkan seolah gak punya waktu plesir, wong selalu saja ada kasus yang muncul. Mati satu tumbuh seribu. Itulah dunia per-korupsi-an Indonesia sekarang. Jangankan menyesal, para koruptor masa kini pun dengan pede tampil berlenggak-lenggok menebar senyum 'kemenangan'. Bussyyet?!

Edan tenan! Mungkin saja rasa malu mereka sudah luntur. Tergerus nafsu bejat melahap uang negara. Hati rakyat dan para reformis sejati jelas terluka. Perjuangan penuh resiko mereka, kini ditukangi oknum tak berperikemanusiaan untuk berbuat nista. Sakit!

Piye, luwih enak zamanku to?

Wibawa Indonesia

Perasaanku saja. atau semakin lama Indonesia semakin dibandang sebelah mata di dunia Internasiona? Hmm. Aku membahas mengenai kepemimpinan negeri ini. Lihatlah, Soekarno begitu ditakuti dunia Barat. Ketegesan dan sifat menggebu-gebu beliau sungguh membakar semangat rakyat. Pidato-pidatonya pun punya aura tersendiri yang bisa membangkitkan nasionalisme. Siapa yang tak terpukau dengan ke-epic-an Jas Merah dan Berdikari? Soeharto. pemimpin yang memiliki fundamental kuat. Sokongan militer dan dana melimpah membuatnya berjaya. Tapi bukan itu saja, gayanya yang senyum-senyum kalem tapi otoriter membuat dunia pun juga agak segan padanya. Tak bisa dipungkiri, beliau pun memiliki andil besar dalam menyusun fondasi negara ini. Siapa sih yang bisa melupakan aksi heroiknya dalam menumpas G30S/PKI? Yah, meski hal itu diikuti oleh kontroversi Supersemar...

Nah, lalu di era reformasi, entah mengapa ya. WIbawa kita jadi turun. Tidak ada penyambut mewah dan mengelegar saat Presiden kita berkunjung ke negara lain. Bandingkan jika Obama yang datang kemari? Wuh... Persiapan bisa berbulan-bulan dan jadi topik hangat di media massa. Omongan para pemimpin kini pun seolah sebatas retorika belaka. Tidak memiliki spirit layaknya ucapan Soekarno atau Soeharto.

Piye, ijih penak zamanku to?

Haduh,capek juga nulis beginian. Yah, masih banyak sih hal positif dari masa Orba yang lebh maknyoss dari sekarang. Setelah dipikir-pikir sih, stiker Soeharto itu ada benarnya juga. Sepertinya ada sedikit rindu akan masa jaya Orba dulu. Namun, bbukan berarti Masa Orba sepenuhnya lurus pula. Tapi.. sedikit ada 'pride' Indonesia yang hilang di masa ini.

Hmm... Singkat saja...

Semoga Indonesia bisa lebih baik. Amin...


0 Response to "PIYE KABARE? LUWIH PENAK JAMANKU TO?"

Post a Comment